Sunday, January 25, 2009

Mengingatmu... Aku Selalu Menangis!

Ilhan... ya Ilhan. Bukan Ilham ataupun inspirasi. Nama seorang anak yang aku sendiri tidak tahu wajah dan sosoknya seperti apa. Tapi nama itu bisa membuatku menangis setiap aku mengingatnya, mengenang perjuangannya, dan ketika aku menulis cerita ini pun aku menangis (lagi).
Ilhan hadir dalam hidupku (dan akan selalu hadir selamanya...) ketika suamiku bercerita kalau suatu pagi ia menemukan seorang anak yang sedang nongkrong di perempatan Empang. Ya memang tempat mengajar suamiku lewat perempatan Empang itu. Si anak duduk-duduk di dekat lampu merah dengan santainya, padahal sebentar lagi jam 7 pagi. Berarti bel masuk akan berbunyi. Suamiku bertekad akan menegur di sekolah. Karena kebetulan anak itu diajar oleh suamiku.
Ketika pelajaran, anak itu ada di kelas. Suamiku memanggil anak itu ke meja guru. Anak itu ternyata bernama Ilhan. Ilhan ditanya baik-baik kenapa ia nongkrong pinggir jalan, padahal sebentar lagi bel masuk sekolah, kenapa tidak langsung naik angkot? Ilhan diam, diam, dan diam. Terus dia menangis tersedu-sedu. Suamiku menyuruh Ilhan duduk, sambil bertanya-tanya dalam hati ada apa koq menangis.
Seorang anak teman Ilhan menemui suamiku di ruang guru menceritakan kisah Ilhan. Inilah yang selalu membuatku menangis bila mengingatnya...
Ilhan... seorang anak laki-laki dari keluarga yang kurang mampu. Ayahnya pedagang asongan, ibunya kuli cuci baju. Dia anak pertama, masih mempunyai beberapa adik. Orangtua Ilhan tidak bisa menyekolahkan Ilhan selulusnya dari SD. Ilhan masuk SMP dengan surat tidak mampu dari kelurahan. Orangtua Ilhan pun tidak sanggup untuk memberi uang saku setiap hari. Tapi Ilhan tidak menyerah pada nasib. Dari rumahnya di Taman Sari Ciapus ia JALAN KAKI ke sekolahnya yang berada di Pamoyanan Cihideung. Bangun tidur pagi sekali. Di saat teman-teman yang sebayanya masih terlelap ia sudah berangkat ke sekolah. Dengan hanya berbekal handuk kecil untuk mengelap keringat dan sebotol air bila ia haus, ia memulai aktivitasnya setiap pagi. Tidak ada uang saku. Yang ada hanya handuk dan sebotol air. Bila ia lelah, ia beristirahat dulu, baru melanjutkan langkah ke sekolah. Sampai sekolah sudah barang tentu ia sudah cape. Pulang sekolah ia pun jalan kaki lagi. Bila bertemu mobil bak terbuka yang supirnya baik hati, ia menumpang. Bila tidak ya jalan kaki sampai rumah.
Betapa terkejutnya suamiku mendengar cerita itu. Ternyata Ilhan tidak nongkrong di perempatan Empang, tapi dia sedang istirahat. Tau gitu diajak berangkat bareng.
Segera setelah itu, Ilhan menjadi buah bibir satu sekolahan. Semua membicarakan solusinya. Akhirnya ada seorang guru yang rumahnya dekat dengan Ilhan bersedia mengantarkan Ilhan setiap pagi. Ada juga guru lain yang bersedia memberikan uang jajan. Dan donatur-donatur lain yang baik hati.
Sekarang Ilhan sudah SMA. Ilhan... semoga kisahmu dapat menjadi inspirasi kita semua.

Untuk Ilhan...
Semoga Alloh merahmatimu, memudahkan setiap langkahmu dalam meraih cita-cita, melapangkan pintu rizqimu, mengumpulkanmu dengan orang-orang yang sholih...
Amiin...

1 comment: